teknologmuda.com – Berbicara kasus pendidikan pasti tidaklah ringan, sebab berkenaan dengan beragam unsur kompleks yang membangun pendidikan agar mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Unsur penentu di dalam mencapai tujuan tersebut diantaranya kebijakan pemerintah, kurikulum, guru (Sebagai ujung tombakpendidikan), peserta didik dengan taraf kedewasaan (Maturity) yang disesuaikan dengan usia dan taraf pendidikan, dan juga infra struktur studi berupa ketersediaan wahana dan prasaran pendidikan yang lumayan.
Bila kami kaji dengan akurat hal yang termaktub didalam tujuan itu berisi tujuan mulia yang pada gilirannya membentuk manusia Indonesia unggul yang sanggup membawa dampak prestise bangsa ini jadi panutan bagi bangsa-bangsa lain di dunia. Tetapi apa boleh dikata, asa dengan fenomena (Das sein das solen) bukanlah sesuatu yang gampang dicapai, laksana “Maksud hati memeluk gunung apa kekuatan tangan tak hingga”.
Hakikat Pendidikan Nilai dalam Pendidikan Umum
Perbedaan makna pendidikan bernafaskan Liberal Education di Indonesia masih dirasakan dengan karakteristik-karakteristik fragmentasi/spesialisasi sekaligus penguasaan mata pelajaran tertentu membuat terpecahnya pengalaman siswa. Kondisi ini pasti memerlukan pemecahan kasus (Problem solving) yang diteluri lewat kajian layaknya yang digambarkan bagan Menelusuri Hakekat Pendidikan Nilai berikut ini:
Dengan mengkaji Goal (Tujuan) berdasarkan harkat/taraf urgensinya pada yang tujuan pendidikan nasional maka akan terlalu semakin memahami bahwa pemahaman hakikat pendidikan nilai jadi primer dan mendasar didalam pendidikan. Berasal dari pemikiran inilah hakekat General Education sebagai counter Liberal Education sanggup dikaji lebih di dalam (Menyaksikan pembahasan persoalan).
Hakikat Pendidikan Nilai dalam Konsep Pendidikan Umum
Untuk memperkuat pernyataan pendapat itu diatas, kami kaji pula di dalam konteks budaya setempat dengan mengintegrasikan nilai-nilai yang diajarkan ke didalam kegiatan sehari-hari dan berlandaskan kurikulum. Studi pendidikan hendaknya sesuai pula dengan keadaan dan suasana psikologis siswa. Gara-gara mempelari konduite awal siswa (Entry behavior) adalah landasan psikologis guna efektifitas penyampaian pemahan dan aplikasi nilai-nilai terebut.
Tillman (2004) menawarkan kesibukan pengalaman agar meraih pengalaman praktis hal tersebut berupa metodologi praktis dengan cara mengekplorasi
mengembangkan nilai-nilai kunci pribadi sosial diantaranya:
- Ketauhidan/ketuhanan (yang terakumulasi lengkap dalam Pasal 4, UUSN, 28 Agustus 2003)
- Kedamaian
- Penghargaan
- Cinta
- Tanggung-jawab
- Kebahagiaan
- Kerjasama
- Kejujuran
- Kerendahan hati
- Toleransi
Penguatan pada pribadi sosial pun demikian juga, kulminasi pencapaian terletak pada Ketuhanan yang universal dikarenakan tiap tiap tuntunan agama manapun mengajarkan kebaikan yang intinya melaksakan apa yang dilarang Alloh dan melakukan segala perintahnya (Taqwa). Bila konsep ini, dijalankan secara baik maka semua aspek kehidupan sebenarnya telah berada didalamnya. Wajib diketahui lewat agama sadar berkenaan kebaikan (Knowing), jalankan kebaikan (Doing) dan jadi orang baik (Being).
Terkait dengan konsep „menjadi orang baik‟ proses pendidikan adalah jalan primer di dalam meraihnya. Tapi akan menjadi hisapan jempol belaka jika proses pendidikan mengedepankan kecerdasan otak belaka tanpa mencermati kecerdasan tabiat. Perubahan sikap positf adalah dambaan dunia pendidikan sebab menurut Chapman (1990) didalam bukunya yang berjudul Sikap Kekayaan Jiwa yang Paling Berharga dinyatakan “Sikap positif adalah perwujudan konkret berasal dari situasi jiwa yang terutama menyimak hal yang positif (Positif thinking).
Secara alamiah perubahan kebudayaan beserta konduite yang yang mengirinya senantiasa berubah. Perubahan konduite pada rakyat berjalan dikarenakan dampak lingkungan setempat, sebab manusia bersifat adaptif pada perubahan (Caroline Turner: Tradition and Change). Asa mengakar kepada tradisi (Cultural up root) atau punyai jati diri dengan berlandasarkan kepada kelokalan nilai-nilai budaya bangsa (Logal genius) didalam tindak dan konduite sekedar „isapan jempol‟ jika tidak ada bisnis mengkontruksi ulang nilai-nilai atau kearifan budaya bangsa. Sekaitan dengan hal tersebut, Liga Bangsa-Bangsa memperlihatkan Sharing Our Values for a Better World. Sebagai bisnis tahu (Conciousness) adalah fakta pentingnya pendidikan nilai yang akan memberi tambahan kontribusi konkret bagi dunia pendidikan. Akankah impian ini jadi fenomena? Jawaban terletak pada “Komitmen” untuk mencapai tujuan itu.